Jumat, 31 Desember 2010

CERPEN(LOVELY LIVE)

LOVELY LIFE

Kehidupan takkan seperti membalik detik
Memutar laju waktu atau sekilas menghempas nafas
Meski dalam setiap tarikannya adalah doa
Dan hembusannya adalah usaha
Makna hidup yang begitu sempurna
Mengajari untuk member,berbagi dan menyayangi
Lebih dari semua apa yang diterima
Kehidupan adalah keikhlasan karena Tuhan

Aku menyusuri setapak sepi tak berpenghuni.Jalan ini kulewati setiap hari.Aku menuju jalan raya yang serasa penuh dengan manusia.dan kotaku menggeliat ketika aktivitas mulai padat
“Kayaknya ada yang lagi seneng nih.” Tiba-tiba seseorang menghampiriku.
“Malika kamu ngagetin aku.”
“Naik Nadh,kamu bareng aku aja ke sekolah.”

Kelas Malika di sebelah kelasku.meskipun kita nggak sekelas tapi kita deket dan sering berangkat bareng.Bahkan aku sering curhat pada Malika tentang kekagumanku pada sosok Mufiid.Karena aku tau Malika dan Mufiid itu satu kelas.Tapi aku sering bertemu dengan Mufiid,karena kita sama-sama ikut Olimpiade Fisika.
“Hai,Nadh”
“Eh kamu,Fiid,kita jadi kan ke Magelang besok pagi.”
“Iya,aku kesini mau ngingetin kamu soal ini.”

Esoknya aku dan Mufiid pergi ke Magelang untuk mengikuti pelatihan Olimpiade.Aku seneng banget bias berhari-hari bareng sama Mufiid.aku semakin dekat dengan Mufiid.Layaknya seorang remaja aku ingin terlihat sempurna dimatanya.Kecerdasan dan kepribadiannya sungguh mengagumkan hingga pesonanya tak mampu terelakkan.Tutur katanya ringankan khayalku hingga terbang menari ke langit ke tujuh.UUpss.
Aku telah kembali ke sekolahku.Malika memberitahuku berita bahagia bahwa ia terpilih mengikuti seleksi siswa teladan.Betapa beruntungnya aku memiliki teman sepertinya.Sekilas mata menatap nyaris tanpa cela ia terlihat.Sosoknya begitu hangat,cerdas dan multi talent.Aku tau pula bahwa banyak teman pria yang mulai menaruh hati padanya.
Aku melintas di seberang lapangan.Aku melihat tangan Mufiid lincah mendribble bola basket.Aku berhenti sejenak namun sedetik kemudian klakson motor bising kudengar.Kupalingkan wajahku padanya dan lambaian tangan Malika memaksaku tuk langkahkan kaki.
“Nadh,pulang bareng yuk.”
“Boleh.”
“Kamu dari mana?”
“Dari kelas tapi kebetulan lewat lapangan basket.ada apa?”
“kok tadi bengong.”
“Nggak kok.Eh Lik,Mufiid itu jago basket ya?”
“Iya,emangnya kenapa?”
“Dia multi talent banget yah.aku jadi naksir ma dia.”
“hah apa?”
“Nggak nggak papa.”

Aku dan Mufiid semakin sibuk bersama.Persiapan kita buat Olimpiade fisika emang luar biasa.Begitupun dengan Malika yang berjuang sendirian demi predikat siswa teladan.Aku jadi agak ketinggalan tentang materi pelajaran.Bahkan aku jadi sering banget ikut ulangan susulan.
Ketika aku disibukkan dengan persiapan Olimpiade,suatu hal yang begitu mengejutkan terjadi.Ketika sampai di rumah ternyata ibu tiriku mengalami kecelakaan.Meskipun dia ibu tiri tapi aku menyayanginya dan beliau menyayangiku seperti ikatan ibu dan anak kandung.
Hari ini adalah waktuuntuk olimpiade.Tapi ku tak mampu meminta restu darimu ibu.Ibuku masih terkulai dalam keadaan koma.Ayah mendampngi di sampingnya dengan tatapan sayu dan harapan semu.Raga ini serasa tak bernyawa tersirat rasa penuh duka.
“Kamu sakit Nadh?”
“Nggak kok Fiid.aku nggak papa.”
“Kamu berjuang ya buat SMA kita juga buat ortu kita,kamu nggak mau kan semuanya sia-sia.”
“Makasih ya Fiid.”
Harapan tak seindah kenyataan.Bayang kejuaraan terpaksa terlepas dari tangan.Aku harus merelakan bahwa kehendak Tuhan tak seperti yang kuimpikan.
“Jangan sedih ya Nadh,kan masih ada kesempatan lain.”
“Makasih,Selamat ya Fiid,kamu jadi runner up.”
“Thanks juga ya.Jangan kecewa tetep berusaha Okey.”
“Aku yakin pasti ad hikmah di balik semua ini.”
“Aku pulang duluan ya.Aku mau ke rumash sakit.”
“Semoga ibumu cepet sembuh,kamu hati-hati ya di jalan.”
Ibu udah siuman dari komanya.Tapi aku tak menyangka kedua kakinya tak lagi bias menopang raga.Terpaksa kursi roda yangt menyangga.Ibu masih shock dengan kelumpuhannya.Begitupun aku dan ayah.
Aku melangkah ke sekolah.Menatap pagi yang cerah ini dengan senyuman perih yang mendesir lirih.Pelajaran yang kuterima menit iniseakan terlepas tak berbekas.Apalagi aku malu bertemu guru yang membimbingku akibat kegagalan Olimpiade ku yang lalu.
Mataku tertuju pada sosok Malika yang tengah bersandar di bangku pojok kantin.Ku dengar ia terpilih menjadi siswa teladanTapi tiba-tiba seseorang mengejutkanku.
‘Hai.”
“Kamu Fiid,ngagetin aku aja.”
“Yuk gabung sama Malika.”
“Aku juga niatnya mau kesana.”
Sampai di tempat Malika.
“Eh Nadh,kok bisa barengan sama Mufiid gitu.”
“Kebetulan aja kok Lik.”
“Lik,mumpung ada Nadhifa disina aku bilang aja ya sekarang.”
“Ya udah.”
“Ada apaan sih.”
“Nadh hari ini aku mau ntraktir kamu,itung-itung syukuran.”
“Syukuran apa?Menang Olimpiade.”
“Iya tapi selain itu ada lagi.”
‘Apa?’
“Aku sama Malika baru aja jadian.”
“Hah  apa?”
“Kenapa kamu nggak suka ya Nadh.”
“Nggak,nggak papa.Selamat ya buat kalian,aku seneng banget.Tapi aku sekarang lagi ada urusan nih,lain kali aja ya traktirannya.”



By: Dhita













0 komentar:

Posting Komentar